03 Februari, 2008

Menunda

Doni sedang kewalahan. Laporan penjualan mingguan harus selesai siang
ini, padahal laporan mengenai pameran yang baru saja diadakan hari
Sabtu dan Minggu juga harus segera diserahkan karena siang ini ada
rapat bulanan dengan pimpinan perusahaan. Belum lagi rencana
pertemuan dengan biro iklan.

Ia masih harus mengadakan pertemuan pagi di awal minggu dengan
seluruh tim penjualan. Rasanya otaknya tidak sanggup mengatur apa
yang harus dilakukan terlebih dahulu. Doni sadar ia sudah seringkali
kewalahan seperti ini. Berbagai pekerjaan harus selesai dalam waktu
singkat sedangkan ia merasa tidak punya waktu lagi untuk berpikir.
Belum lagi stres yang dialami karena khawatir tidak selesai dan harus
bekerja dengan terburu-buru. Karena itu Doni heran melihat Prapto
yang meskipun cukup sibuk, tapi tidak kalang kabut seperti dirinya.

Seperti Doni, Prapto juga harus membuat laporan penjualan mingguan
yang dicapai timnya. Ia juga baru selesai mengadakan pameran di
tempat lain pada Sabtu dan Minggu. Ia pun harus mengadakan pertemuan
pagi di awal minggu. Selain itu Prapto juga harus bertemu dengan
beberapa orang dari radio dan hotel untuk rencana pameran bulan
depan. Tapi Prapto tetap tenang.

Ia sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Laporan mingguannya sudah
selesai ketika Doni sedang mencocokkan data penjualan setiap anggota
timnya dan baru akan mulai menyusun laporan.
Pagi ini Doni mendadak sadar bahwa hal seperti ini selalu terjadi
setiap awal minggu, bahkan hampir setiap hari. Doni selalu merasa
kekurangan waktu dan kalang kabut menyelesaikan pekerjaannya,
sedangkan Prapto selalu bisa selesai lebih cepat tanpa stres
berlebihan.

Sebelum mulai kerja tadi pagi Doni memang sempat bertanya apakah
Prapto sudah menyelesaikan laporan mingguan, Prapto menjawab belum
selesai. Doni mengira Prapto belum mulai membuat laporan sama seperti
dirinya. Ia tidak tahu bahwa Prapto selalu mengumpulkan data
penjualan dari timnya setiap hari, sehingga ketika akhir minggu tiba
ia hanya perlu memasukkan data penjualan hari terakhir saja.
Sedangkan Doni harus melakukan pendataan seminggu sekaligus karena ia
memang belum menyiapkan apapun.

Selain selalu melakukan pendataan setiap hari, Prapto juga membuat
format khusus untuk pendataan penjualan di pameran, sehingga selesai
pameran data penjualan tidak berantakan, tapi rapi tercatat di buku
catatan pameran. Hal ini mempermudah Prapto ketika membuat laporan
pameran, karena ia tidak perlu lagi kelabakan mencari bon-bon
penjualan yang terselip seperti yang biasa dilakukan Doni.

Hampir setiap hari, Vivi selalu kehilangan dokumen. Setiap kali
atasannya menanyakan suatu dokumen penawaran harga atau proposal,
selalu ia mengalami kesulitan. Memang meja kerjanya kelihatan rapi,
tapi sebenarnya laci meja dan isi lemarinya berantakan luar biasa. Ia
harus mengeluarkan setumpuk kertas untuk mencari sebuah surat
penawaran yang diterimanya minggu lalu. Kadang-kadang ia harus
membongkar isi dari tiga lemarinya dan menghabiskan waktu empat puluh
lima menit untuk mencari sebuah proposal.

Lama kelamaan Vivi merasa tidak nyaman. Ia segera minta beberapa map
untuk menyimpan surat-surat penting yang dipilahnya sesuai jenis
surat. Hari itu ia langsung bisa cepat mencari data yang dibutuhkan.
Semua orang heran melihatnya.Tapi kira-kira empat hari kemudian ia
mulai kesulitan mencari dokumen lagi. Seminggu kemudian ia kembali
pada kebiasaan lamanya.

Vivi heran, padahal pada waktu ia membongkar dan merapikan almari dan
laci mejanya, ia sudah membuang kertas-kertas yang tidak terpakai
lagi seperti draft laporan, proposal yang sudah kadaluwarsa, dan
lainnya. Ia pun kembali merapikan dokumennya lagi. Tapi sekitar 10
hari kemudian ia mengalami kesulitan lagi. Ia pun merapikannya lagi.

Suatu hari ia baru sadar bahwa dokumennya berantakan karena ia tidak
mau langsung menyimpan dokumen masuk. Ia seringkali menundanya dan
meletakkannya begitu saja di meja karena terburu-buru dan berpikir
bahwa ia akan menyimpannya di dalam map yang sesuai nanti kalau
sempat.

Tapi kesibukan kerjanya membuat beberapa dokumen menumpuk dan belum
sempat disimpan. Pada akhir hari kerja ia langsung meraup semua
dokumen di meja dan memasukkan kedalam laci mejanya.

Keesokan harinya ia kembali sibuk dan dokumen yang belum sempat
disimpan bertambah lagi, demikian seterusnya. Ketika ia menyadari
kebiasaannya, Vivi mulai mencoba mendisiplinkan dirinya sendiri.
Setiap dokumen baru langsung disimpannya, dan tidak lagi ditumpuk di
meja.

Rupanya cara baru ini bermanfaat. Laci mejanya tidak lagi dipenuhi
tumpukan berbagai macam kertas. Meskipun ia merasakan manfaat atas
kerapihannya, tapi Vivi juga merasakan tantangan berat untuk
membiasakan diri disiplin. Seringkali ia tergoda untuk mengulang
kebiasaan lamanya, apalagi kalau ia sedang sibuk dan buru-buru. Tapi
untunglah, ia tetap mencoba membiasakan dirinya dengan disiplin
barunya.

Prapto dan Vivi berhasil meringankan beban kerja mereka dengan
melakukan hal-hal kecil secara rutin setiap hari. Mereka tahu bahwa
pekerjaan kecil yang ditunda akan membuatnya menjadi lebih berat.
Penundaan hal kecil hanya mengakibatkan meningkatnya beban kerja,
seperti yang dialami Doni. Do not delay until tomorrow what you can
do today!

Tidak ada komentar: