07 Januari, 2009

Racun Penyembuh

Kisah ini terjadi di Cina pada zaman dahulu.
Ada seorang wanita yang bernama Ling-ling, ia merupakan istri dari Aloy, seorang pria yang hidup mapan, dan mempunyai seorang ibu.
Ling-ling, merupakan seorang istri yang baik. Namun ia merasakan bahwa mertuanya, ibu dari suaminya Aloy, sangat tidak menyukainya. Ia merasakan bahwa apapun yang ia lakukan salah di hadapan mertuanya. Ling-ling merasa bahwa mertuanya ini sangat tidak menyenangkan. Ia merasakan bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya. Kepribadian mereka berbeda. Ling-ling merasa dikritik terus oleh mertuanya ini. Waktu berjalan, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, Ling-ling merasa sudah tidak nyaman lagi dengan mertuanya ini.

Walau tidak terjadi pertengkaran mulut, namun suasana saling diam itu berlangsung antara Ling-ling dan mertuanya. Suasana ini juga membuat Aloy menjadi serba salah dan tidak tenang.

Akhirnya Ling-ling merasa tidak tahan lagi dengan sikap mertuanya, dan memutuskan untuk mengambil tindakan.
Ling-ling akhirnya memutuskan menemui Mr.Li, sahabat baik ayahnya, yang punya usaha pengobatan tradisional Cina. Ia berkeluh kesah, menceritakan segala keburukan sikap mertuanya yang dirasakannya, dan berharap agar Mr.Li mau memberikannya sebuah racun untuk mertuanya ini agar semua keributan dan ketegangan dapat hilang.

Mr.Li diam sejenak mendengarkan semua ucapan Ling-ling, kemudian dia berkata,”Oke, saya akan membantu kamu".
Saya akan memberikan sebuah racun yang ampuh buat mertuamu. Racun yang membunuh perlahan-lahan, jadi tidak mendadak, agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang.Racun ini akan bekerja setahun, jadi kalau mulai dipakai, setahun kemudian orang yang memakan racun ini akan mati.
Nah, kamu harus melakukan apa yang saya sarankan, kamu bersedia?”

Ya,..saya bersedia Mr.Li. Saya akan melakukan apapun agar ketegangan yang ada selama ini bisa hilang,”jawab Ling-ling.
Oke. Kamu masakkan makanan yang enak-enak buat mertuamu itu, dan campurkan racun ini di setiap hari masakan kamu, jadi racun ini bekerja sedikit demi sedikit. Nah, untuk tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang pada waktu ia meninggal, kamu harus bersikap baik dan bertindak ramah terhadap mertuamu itu. Janganlah berdebat dengannya, taati kata-katanya, perlakukan dia seperti kamu memperlakukan ayah ibumu dulu,”jelas Mr.Li pada Ling-ling.
oke. saya akan lakukan apa yang Mr.Li sarankan,”jawab Ling-ling sambil menerima racun itu.

Lantas ia pun pulang ke rumah dengan berseri-seri.
Ia pun melakukan apa yang diperintahkan Mr.Li. Ia setiap harinya memasakkan makanan-makanan enak buat mertuanya, dan bersikap baik dan ramah pada mertuanya. Ia pun menghindari perdebatan dengan mertuanya. Ia belajar mengendalikan emosinya, menghormati mertuanya, agar orang-orang tidak curiga padanya nanti.


Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu. Ling-ling bersikap baik pada ibu mertuanya, melayani dengan baik, memasakkan makanan yang enak setiap harinya, dan tidak berdebat lagi. Ia sudah belajar mengendalikan emosinya, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri.


Sepuluh bulan berlalu. Rumah yang biasanya penuh ketegangan dan keributan, menjadi damai dan tenang. Tidak pernah lagi terdengar cekcok antara Ling-ling dan mertuanya. Sekalipun ada perbedaan pendapat, Ling-ling tidak lagi berdebat dengan mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih ramah, baik, enak diajak ngobrol dan mudah ditemani, Semuanya berubah.


Sikap ibu mertua berubah jauh dirasakan Ling-ling. Mertuanya dirasakan sangat baik dan mempunyai kepribadian yang ternyata menyenangkan, sama seperti ibunya Ling-ling. Mertuanya pun terus bercerita pada teman-temannya bahwa Ling-ling adalah menantu yang baik. Hubungan mereka berjalan seperti layaknya seorang ibu dan anak.

Memasuki bulan ke-11, Ling-ling merasa gelisah. Ia merasa berdosa besar telah memberikan racun pada mertuanya yang ternyata berhati baik dan mempunyai kepribadian menyenangkan pada dirinya. Ia bergegas menemui Mr.Li untuk minta pertolongan.

Mr.Li…tolonglah saya. Saya merasa berdosa sekali terhadap ibu mertua saya. Saya telah memberikan racun yang dulu saya minta, selama 11 bulan berjalan ini. Ibu mertua saya ini baik sekali dan menghargai semua pendapat-pendapatku. Saya mohon agar Mr.Li dapat memberikan penawar buat racun yang sudah saya berikan ini..
Saya mohon… Saya tidak ingin ibu mertua saya meninggal…
Saya mohon..tolong berikan penawarnya…” Pinta Ling-ling pada Mr.Li.

Mr.Li hanya tersenyum, “Ling-ling, kamu tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun agar kamu berikan pada ibu mertuamu. Yang saya berikan dulu dan kamu campurkan ke dalam masakanmu itu adalah vitamin. Satu-satunya racun yang pernah ada adalah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semuanya sekarang sudah lenyap berkat kasih sayang yang engkau berikan pada ibu mertuamu..


bagaimana menurut anda setelah membaca artikel ini,pelajaran apa yang bisa anda terima dari artikel ini!!
Tolong isikan comment,setelah membaca artikel ini.
Thank's

REALITY

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati.
Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.


Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris.
Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:
“Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.” “Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan. “Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.”
Dengan “semangat 45?, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!”

Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya:
Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada.
"Maukah Anda memberikannya?”
“Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah.
“Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?”
“Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.”
Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.

Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya.
“Ayah kami barusan wafat…,”
“Kakek kami sudah meninggal…,”
“Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.


Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya.

Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini.Tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.

Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.
Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.

Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?
Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga?

Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?


Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas.

bagaimana menurut anda setelah membaca artikel ini,pelajaran apa yang bisa anda terima dari artikel ini!!
Tolong isikan comment,setelah membaca artikel ini.
Thank's

WHAT DO YOU HAVE TO BE

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul.

Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak Perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala.

Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih.
Pada panci pertama, ia memasukkan wortel.
Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur.
Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk.
a membiarkan masing-masing mendidih Selama itu ia terdiam seribu basa. Sang anak menggereget gigi, tak Sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya.

Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi, ” jawab sang anak.

Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel.
Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak.
Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur.
Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras.
Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu.
"Apa maksud semua ini, ayah?” tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda.
Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.
Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh.
Sedangkan biji kopi tumbuK berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu.

“Maka, yang manakah dirimu?” tanya sang ayah pada anaknya.

"Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?”

bagaimana menurut anda setelah membaca artikel ini,pelajaran apa yang bisa anda terima dari artikel ini!!
Tolong isikan comment,setelah membaca artikel ini.
Thank's