23 Februari, 2008

halaman 2

Maaf Ayah, Doaku Lain

Malam ini ayah menyuruhku berdoa
Agar Tuhan memberi kami hidup yang mudah
Tapi aku malu pada diriku, juga pada-Mu

Lalu tak seperti yang ayah kira
Malam ini aku berdoa
“Tuhan, jangan berikan kami jalan hidup yang mudah,
tapi jadikanlah kami orang-orang yang kuat menjalani hidup”



Membakar Surga

“Berikan aku sebuah obor dan seember air!”
Teriakku malam itu
Dengan obor itu aku akan membakar surga
Dan dengan seember air itu aku akan menyiram api neraka

Aku ingin melakukannya jika aku mampu
Agar aku bisa benar-benar menaati-Mu
Bukan karena takut akan neraka
Atau karena indahnya surga
Tapi karena aku benar-benar mencintai-Mu



Tulisanku terhenti di sini

Karena sebuah kata yang kucari ternyata tak ada
Meski sudah berkali-kali kucari dan kuteliti dalam setiap lembar kamus
Namun memang tidak ada

Lalu kebisuan hinggap di ujung penaku yang membeku
Ternyata keindahan-Mu sama sekali tak bisa kucairkan lewat kata.



Sepi

Riuh gelak canda kurcaci-kurcaci kecil tak membuatku tertawa
Obrolan-obrolan yang terdengar tak membuatku ingin berbicara sepatah kata pun
Gemerlap pesta tak membuatku nyaman
Ini justru membuatku merasa sendiri
Yah, aku merasa sepi di tengah keramaian
Seolah aku tak peduli pada mereka
Dan sepertinya mereka pun tak akan peduli padaku..



Inginku

Aku ingin menjadi hembusan angin
Yang bertiup menyentuh rumput di padang ilalang
Aku ingin menjadi seekor burung
Yang terbang melintasi bentang langit biru
Aku ingin menjadi seberkas cahaya
Yang melesat jauh ke angkasa
Dan menuju ke tempatmu berada bintangku..



Puisiku

Malam ini kucoba buatkan puisi indah untukmu
Kau yang hingga kini masih menjadi misteri hidupku
Namun..
Mengapa ketika kumulai menulis puisi itu
Hanya kebisuan..
Yang hinggap di ujung penaku
Hanya kehampaan..
Yang ada dalam pikiranku
Kini aku sadari..
Cintaku padamu tak bisa dilukiskan puisi
Biarlah..
Hanya aku saja yang tahu
Seberapa indah cintaku padamu



Menyesal

Saat hati ini beku merelakan cintaku yang berlalu
Saat kucoba mulai berdiri lagi dari semua derita yang aku hadapi
Menyesal rasanya hati ini mengenalmu
Yang hanya bisa menorehkan luka di hati
Andai aku tahu semua akan begini
Takkan pernah aku mencintaimu
Tapi semua telah terjadi
Kini..tinggallah aku sendiri
Menjalani semua kisah yang kulalui



Terima Kasih

Terima kasih..
Atas semua cinta
Yang pernah kau beri
Terima kasih..
Atas semua perhatian
Yang telah kau beri
Tapi yakinlah..
Kau tetap yang terindah
Hanya kau yang bisa buatku bahagia
Dan hanya kau
Yang bisa buatku terluka
Dan semoga saja..
Langkah yang telah tertempuh saat ini menjadi penyejuk hati kita
Dan takkan ada lagi perdebatan yang panjang



Mengapa Menangis?

Mengapa harus ada kesedihan
Dan air mata ketika kau pergi?
Jika setiap yang datang memang harus pergi
Dan setiap yang pergi belum tentu kembali
Aku mengerti semua itu..
Tapi…
Mengapa aku tetap saja menangis?

Tidak ada komentar: