23 Februari, 2008

halaman 11

Sahabat (3)

Persahabatan adalah pohon rindang di padang pasir
Yang memberikan keteduhan bagi siapa yang berada di dalamnya
Tak seorang pun menyadari
Tak seorang pun menghargai
Sampai suatu ketika perjalanan waktu menyingkirkan pohon itu
Baru kemudian orang merasa ada yang hilang dari hidupnya
Mereka kemudian menangis dan meratap
“Oh Tuhan, kembalikanlah pohonku”
Tapi ratapan mereka tak ubahnya serigala ingin bersayap kemudian terbang
Mengapa..mengapa semuanya selalu trjadi diakhir
Mengapa sesuatu baru terasa indah dan berarti
Ketika semuanya telah tiada



Sajak

Sajak-sajak yang kulantunkan
Hanya ingin kuungkap
Dan kuingin kau dengar alunan sajakku
Walau tak pantas ‘tuk kuungkap
Tapi batinku meronta
Untuk melontarkan sajak-sajak
Yang ada dalam hati ini
Karena hanya sajak ini
Yang bisa kuungkapkan
Pada dirimu..


Malaikat terbang tanpa sayap
Dari hamparan rumput ilalang
Dan senandungnya kidung
Meninggalkan setitik noda
Dalam beningnya mata
Kucoba sisakan tawa
Tapi tak bisa
Aku pun terbang melintas batas
Dalam pekatnya keputusasaan



Engkau laksana bintang
Di tengah gelapnya malam
Yang menyinari jiwa yang sunyi
Isak tangismu takkan pernah terdengar
Sekelilingmu yang masih saja sepi
Karena kau memang sendiri
Aneh memang rasanya
Nun jauh di bawah sana
Di setiap sudut bumi
Ada saja manusia yang masih mengadu
Rasa sepi dan kehilangan padamu



Aku adalah bintang

Aku merasa diriku seperti bintang
Indah bersinar di malam hari
Terlihat megah bahagia
Tempat semua orang mengadukan rasa sepinya
Tapi mereka tak pernah tahu
Bintang tetaplah sebuah bintang
Yang intensitas cahayanya terlalu kecil dibandingkan matahari
Bintang yang tetap punya rasa sepi
Walaupun berada bersama ribuan bintang lain
Karena bintang hanya ada di malam yang pekat
Sebuah benda yang selalu lari dari kenyataan
Karena hanya berani muncul dalam kegelapan

Tidak ada komentar: